
Suasana berbeda tampak di lingkungan Badan Perencanaan Pembangunan, Riset dan Inovasi Daerah (Bapperida) Kota Bontang pagi ini. Tidak ada formal Sebaliknya, Kepala Bapperida, Syahruddin, SE, M.A, M.Eng, justru rapat initernal pada hari ini terasa sederhana dengan kebersamaan dan diskusi hangat untuk menggelar Rapat Internal Pembahasan Persiapan Rasionalisasi RAPBD Tahun 2026.
Langkah ini bukan tanpa alasan. “Saya ingin kita berdiskusi ringan saja, tanpa jarak, tapi serius membahas hal penting. Kondisi fiskal kita sedang menantang, jadi kita harus bersama-sama memikirkan strategi terbaik menghadapi rasionalisasi anggaran tahun depan,” ujar Syahruddin membuka rapat. Dengan nada santai namun berisi, ia menegaskan bahwa pertemuan ini bukan sekadar rutinitas, melainkan wadah brainstorming terbuka untuk menemukan solusi kreatif atas keterbatasan fiskal daerah.
Syahruddin menyoroti bahwa penyusunan APBD Tahun 2026 akan dihadapkan pada situasi yang tidak mudah akibat penurunan dana transfer dari pemerintah pusat. Hal ini menuntut langkah penyesuaian dan perencanaan yang matang agar proses rasionalisasi tidak menghambat pembangunan. “Kita harus siap menghadapi dinamika penyusunan APBD ini. Semua perangkat daerah perlu punya strategi yang jelas dalam menyesuaikan belanja mereka agar proses pembahasan dengan TAPD dan BPKAD bisa berjalan lancar,” ujarnya.
Lebih lanjut, Kepala Bapperida mengingatkan pentingnya kesiapan sejak dini agar proses penyusunan tidak terburu-buru di akhir waktu. Ia menjelaskan bahwa berdasarkan penghitungan awal, kekuatan fiskal Bontang untuk tahun depan diperkirakan menurun dibandingkan tahun 2025 ini. Namun bagi Syahruddin, kondisi ini bukan hal yang harus diratapi. “Menurut saya, ini bukan kiamat. Justru ini kesempatan bagi kita untuk berpikir normal dan rasional. Dengan anggaran yang terbatas, kita bisa benar-benar fokus pada kegiatan yang prioritas dan berdampak langsung bagi masyarakat,” tegasnya.
Ia menekankan bahwa efisiensi bukan berarti sekadar memotong anggaran secara merata. “Kita tidak mencari angka sekadar mengurangi sebanyak-banyaknya, tapi bagaimana kegiatan prioritas tetap berjalan efektif. Artinya, kita memilih kegiatan dulu, baru melakukan efisiensi di dalamnya,” jelasnya.
Dalam diskusi tersebut, Syahruddin juga mengingatkan agar setiap bidang tidak bekerja sendiri-sendiri. Komunikasi dan koordinasi lintas bidang serta dengan perangkat daerah lain harus diperkuat, terutama dalam menghadapi pembahasan bersama TAPD. “Kita tidak bisa memaksakan kehendak. Kita harus mendengarkan dan berdialog agar penyesuaian ini bisa diterima semua pihak,” katanya.
Selain membahas strategi efisiensi, rapat juga menyinggung pentingnya melakukan penyesuaian terhadap capaian program unggulan Wali Kota. Dengan adanya dinamika fiskal, capaian indikator pembangunan perlu diatur ulang agar tetap realistis. “Mungkin ada target kegiatan yang kita geser ke tahun 2028 atau 2029, sambil memastikan arah visi dan misi tetap terjaga,” ungkapnya.
Syahruddin juga menyoroti perlunya perhatian khusus terhadap belanja prioritas wajib, terutama di bidang pendidikan, kesehatan, dan pelayanan publik. “Ada kewajiban yang tidak bisa ditunda, seperti pendidikan. Itu harus tetap jadi perhatian utama,” ujarnya.
Rapat internal yang dihadiri oleh seluruh pejabat struktural, fungsional, dan staf teknis Bapperida ini berlangsung dinamis. Setiap peserta diberi kesempatan menyampaikan pandangan dan strategi alternatif untuk menghadapi rasionalisasi anggaran.
Pada akhir rapat, Syahruddin menegaskan kembali bahwa tantangan fiskal ini harus dijadikan momentum untuk memperkuat koordinasi, berpikir strategis, dan membangun budaya kerja yang efisien tanpa kehilangan arah pembangunan. “Keterbatasan anggaran bukan penghalang. Justru ini kesempatan kita untuk membuktikan bahwa Bapperida mampu bekerja dengan strategi yang lebih cerdas dan terukur,” tutupnya.
“Salam Perencana”
#PerencanaBtg #ppidbontang #BAPPERIDABtg #Bontang