
Bontang — Di ruang rapat Pangripta Bapperida siang ini, suasananya tak seperti forum birokrasi biasa. Kertas kerja, grafik, dan diskusi mengalir intens, seolah semua yang hadir tahu ini bukan lagi soal angka, tapi tentang arah masa depan pembangunan Kota Bontang.
Itulah yang terasa dalam Rapat Internal Evaluasi Rasionalisasi RAPBD 2026 yang digelar oleh Bapperida Kota Bontang.
Rapat ini dibuka dan dipandu oleh M. Taupan Kurnia S, S.Si, Sekretaris Bapperida, dan dihadiri oleh Syahruddin, SE, M.A, M.Eng, Kepala Bapperida, bersama Kepala Bidang Riset dan Inovasi Daerah, serta Pembangunan Perekonomian, Infrastruktur, dan Kewilayahan. Namun lebih dari sekadar forum formal, pertemuan ini menjelma menjadi ruang refleksi kolektif tentang bagaimana menyusun ulang prioritas agar setiap rupiah bekerja efektif untuk masyarakat.
Dalam pembukaannya, M. Taupan Kurnia S, S.Si langsung menembus inti persoalan. Ia tahu pekerjaan ini tidak ringan. Rasionalisasi bukan hanya menggeser tabel, melainkan menyentuh hal-hal sensitive seperti program, target, dan arah kebijakan. “Yang mau kita kurangi bukan sekadar angka, tapi ketidaktepatan. Kita harus tahu sejauh mana progresnya, apa kendalanya, dan bagaimana solusinya. Karena yang kita lakukan ini bukan memotong, tapi menata ulang,” tegas Taupan.
Ia pun memuji kesungguhan para tim yang dalam beberapa hari terakhir terlihat membentuk “kelompok belajar spontan” di berbagai sudut kantor. “Mereka benar-benar menyelami pekerjaan ini,” ujarnya sambil tersenyum.
Kepala Bapperida, Syahruddin, SE, M.A, M.Eng, memandang proses ini sebagai momentum langka untuk mengasah pemahaman para perencana terhadap makna setiap program. “Rasionalisasi ini sebetulnya latihan strategis. Kita diajak untuk benar-benar memahami, apa yang sedang kita rencanakan, apa yang harus ditunda, dan apa yang wajib kita pertahankan,” katanya.
Menurut Syahruddin, tujuan utamanya bukan sekadar menekan belanja, tapi membentuk cara berpikir baru. Ia menekankan pentingnya kesadaran kolektif bahwa perencanaan harus berpijak pada efektivitas dan dampak nyata bagi masyarakat, bukan rutinitas semata. “Kita ini perencana. Bukan tukang pangkas, tapi penilai arah. Kita harus mampu melihat mana kegiatan yang benar-benar strategis, dan mana yang bisa ditunda tanpa mengganggu pelayanan publik,” tambahnya.
Diskusi mengalir dinamis. Tim dari berbagai bidang menyampaikan progres, membedah kendala, dan menimbang ulang prioritas. Salah satu perhatian besar muncul dari isu pemenuhan layanan dasar seperti penyediaan air minum. Semua sepakat efisiensi tak boleh mengorbankan kebutuhan publik.
Rasionalisasi bagi Bapperida, bukan berarti memangkas hak masyarakat, tetapi memastikan setiap program yang dijalankan benar-benar punya makna dan urgensi.
Menutup arahannya, Syahruddin menyampaikan refleksi yang menggugah.
“Ini bukan sekadar laporan akhir, tapi titik awal. Kita sedang menyiapkan pola baru perencanaan yang lebih tajam, efisien, dan adaptif. Momentum ini harus jadi titik balik cara kita berpikir tentang anggaran.”
Dari forum internal ini, satu pesan besar mengemuka, Bapperida Bontang tidak sedang memangkas, tapi menata ulang. Menata cara berpikir, cara bekerja, dan cara memastikan setiap kebijakan benar-benar berorientasi pada masyarakat.
“Salam Perencana”
#PerencanaBtg #ppidbontang #BAPPERIDABtg #Bontang